Filosofi batu giok begitu bijaksana apabila kita mau merendahkan hati dan belajar untuk mengetahui seluk beluknya demi memajukan pikiran kita sendiri. Ia berasal dari pemikiran para kaum cendekiawan ternama asal negeri Tiongkok ratusan tahun lalu ketika peradaban sedang memulai perjalanannya.
Dalam sebuah literasi, tertulis bahwa batu giok harus rajin menerima proses pengasahan apabila ingin menjadi berguna bagi kemaslahatan umat manusia. Ketika ia jarang kena batu asah, maka ganjarannya yaitu hanya penampilan buruk rupa yang menantinya di masa depan dengan segala cibiran dari masyarakat.
Begitulah perumpamaan jikalau seorang pelajar terlalu congkak sehingga malas menambah ilmu untuk memperkaya wawasan serta pengetahuan akan kehidupan. Menurut sejarawan China, ciri – ciri orang bodoh adalah ketidaktahuannya dalam mengenali kebenaran karena kurangnya mengenyam pembelajaran.
Sebuah potongan giok ketika baru saja terangkat dari galian oleh perut bumi pastinya terlihat tidak sedap dipandang oleh kedua bola mata kita. Ia harus melalui serangkaian proses meliputi pengolahan serta terasah berulang kali sampai keindahannya terpancar dan dapat kita pakai sebagai https://nubesdelpital.com/ perhiasan maupun ornamen aksesoris.
Giok yang masih berbentuk fase awal alias mentahan tidak memiliki nilai lebih dan sama saja tidak berharga seperti batu lain pada umumnya. Manakala ia pertama kali mengalami penggalian, batu giok sama sekali belum memancarkan tanda – tanda kecantikan mau kita lihat dari sudut pandang bagaimanapun juga.
Filosofi Batu Giok Sebagai Sarana Refleksi Diri
Seluruh pemrosesan sebuah onggokan batu tak berharga menjadi mahakarya seni bernilai tinggi hingga tak terhingga punya perjalanan panjang. Filosofi batu giok tercermin dari tingkat kerumitan serta kesulitan dalam pengerjaannya melalui berbagai tahapan mulai dari sejak ia terangkat dari tidur panjangnya.
Setelah pengrajin selesai membersihkan seluruh tubuh giok, justru proses pembuatan baru saja dimulai dan memakan waktu berhari – hari. Batu giok tersebut pertamanya akan mulai terpotong – potong menjadi beberapa bagian kecil untuk kemudian melalui tahap pengukiran secara mendetail dan mendalam.
Apakah sudah selesai sampai di situ? Ternyata tidak para pembaca sekalian yang budiman, melainkan giok tersebut masih harus pasrah menerima amplasan sang pengrajin. Permukaan tubuhnya akan terdapat banyak luka bekas sayatan serta goresan dari kasarnya amplas serta penuh serpihan debu.
Selepas menyelesaikan sejumlah tahapan menyakitkan, batu giok kini mulai terlihat bentuk keindahannya namun masih tersembunyi dan belum sempurna. Pengrajin akan menghaluskan seluruh permukaan batu giok sekaligus memolesnya supaya ia bersinar dan memancarkan kecantikan, baru ia siap menjalani kerasnya kehidupan dunia.
Meskipun terdengar seperti dongeng, nyatanya kita sering mendengar legenda yang menyatakan bahwa ada kemungkinan batu giok hidup ketika memakainya. Itulah sebabnya mengapa kita menyaksikan sendiri dengan mata telanjang bahwa warna giok berubah setiap tahunnya dari semenjak pertama kali ia dibeli.
Belajar Bijaksana Dari Sebuah Perhiasan Bertuah
Kisah barusan memiliki persamaan dengan umat manusia dalam perbuatan serta tindakannya dalam menjalani kehidupan sehari – hari di masyarakat. Filosofi batu giok mengajarkan kita untuk menyadari yaitu jikalau ingin bermanfaat bagi bangsa dan negara, maka tidak boleh berhenti mempelajari tentang kehidupan.
Ketika seseorang memutuskan untuk berhenti membaca buku, pastilah ia tumbuh menjadi seorang pemuda yang lugu, polos, serta naif dalam segala tingkah lakunya. Ketika itu terjadi, seratus persen berani menjamin bahwa ia pun sulit beradaptasi di masyarakat karena kurangnya pengetahuan akan norma adat istiadat yang berlaku.
Kumpulan orang berpendidikan dapat kita ketahui karakteristiknya dari caranya memperlihatkan perilaku baik serta penuh sopan santun. Bahkan ketika berbicara, attitude serta manner nya menunjukkan bahwasanya ia seorang yang memiliki etika sehingga tindak tanduknya pun terasa elegan.
Apabila ada sesuatu yang lebih berharga daripada batu giok, maka jawabannya adalah perputaran waktu yang tidak sanggup kamu beli berapapun kekayaanmu. Waktu selalu mengalir bergerak maju, tidak dapat kita putar balikkan apalagi berjalan mundur ke masa lalu dan ini berlaku universal kepada siapapun makhluk hidup di dunia.
Sudah menjadi kewajiban kita para orang dewasa untuk mendidik anak, keponakan, maupun saudara kita yang masih kecil sedari dini tentang pentingnya pendidikan. Meskipun menyakitkan dan penuh penderitaan, percayalah bahwa suatu hari nanti mereka akan berterima kasih kepada kita karena telah membekalinya dengan ilmu termahal di muka bumi.