Memburu batu giok sebagai sarana mengumpulkan harta kekayaan duniawi telah menjadi tradisi yang telah lestari turun temurun selama berabad – abad. Apalagi pada zaman sekarang ini di mana negara China semakin menguasai perdagangan dunia sehingga jumlah orang kaya meningkat pesat sepuluh tahun terakhir.
Semenjak era kepemimpinan dinasti Han, golongan bangsawan di Tiongkok seringkali mengubur jasad leluhur maupun sanak keluarganya sambil memasangkan jas berhiaskan batu giok. Tujuannya yaitu semata – mata memiliki maksud ingin mempraktekan kegiatan membuat mumi seperti bangsa Mesir, supaya menunda proses membusuknya jenazah.
Selain daripada hal tersebut, menyematkan batu giok dalam kostum jenazah menandakan bahwa almarhum merupakan orang terpandang semasa hidupnya. Bagaimanapun, ada kebanggaan serta harga diri tersendiri bagi kalangan tertentu yang marga keluarganya terkenal sebagai bangsawan maupun golongan pejabat negara.
Budaya rakyat Tiongkok semakin erat dari tahun ke tahun terhadap penggunaan batu giok dan berlanjut terus hingga detik anda membaca situs ini. Entah mengapa, nampaknya semacam terjalin sebuah ikatan erat dan mendalam antara masyarakat China dengan aura mistis dari pancaran sinar hijau batu giok.
Berbagai literasi yang sempat terselamatkan dari pemusnahan tentara komunis zaman revolusi puluhan tahun lalu masih bisa kita temukan di museum RRC. Tercatat dalam sebagian besar surat peninggalan kaum cendikiawan bahwasanya mereka seringkali memasukkan unsur filosofi batu giok dalam jurnal harian miliknya.
Memburu Batu Giok Perlu Keahlian Khusus Agar Terhindar Dari Penipuan
Mengapa rakyat kebanyakan yang jumlahnya melebihi satu milyar jiwa di China begitu terobsesi memburu batu giok, khususnya orang kaya? Jawabannya sudah jelas, sebab sulit sekali bagi orang awam sekalipun untuk menolak kharisma menyilaukan dari sebutir giok yang telah mencapai usia matang.
Orang Asia Timur begitu menggemari perumpamaan maupun kepercayaan mengenai pentingnya simbol dalam kehidupan mereka khususnya soal ilmu pengetahuan feng shui. Giok mendapatkan popularitas sebagai batu mulia yang konon katanya mampu mendatangkan kesehatan sehingga penggunanya jadi panjang umur.
Meskipun tradisi menggunakan jas bertahtakan giok sudah hampir terlupakan, namun riset menunjukkan bahwa permintaan batu giok tetap tinggi bahkan grafiknya meningkat pesat. Mayoritas pengincar barang berharga tersebut berasal dari kalangan milyarder negeri Tirai Bambu yang populasinya menyentuh angka lebih dari 100 juta kepala.
Bangsa China yang semakin maju perekonomiannya membuat segalanya menjadi jelas, bahwa kita tidak perlu heran jika giok semakin tersohor namanya. Orang kaya pada dasarnya memang gemar mengoleksi barang berharga serta benda antik sebagai alat pamer harta kekayaan, termasuk perhiasan seperti giok.
Lebih lanjut lagi, bukan hanya orang tajir yang menyukai batu hijau ini, melainkan sindikat mafia serta yakuza pun menginginkannya sambil menitikan air liur. Terlaporkan bahwa belakangan ini seorang warga negara Inggris harus pasrah masuk bui karena nekat merampok museum berisikan penuh batu giok serta tempat lelang barang antik senilai kurang lebih 1 triliun rupiah.
Alasan Mengapa Nilai Giok Sangat Berharga
Untuk mengetahui alasan mengapa jenis ini sangat berharga sehingga seluruh umat manusia memburu batu giok, maka kita perlu bahas mundur sedikit. Secara pembentukan unsur kimianya, giok memiliki dua varian dasar yaitu Nephrite serta Jadeite yang memiliki plus minusnya masing – masing.
Giok Jadeite lebih khusus karena hanya bisa kita tambang dari negara Myanmar, sehingga mengakibatkan harganya melambung tinggi hampir melampaui akal sehat manusia. Sementara itu, batu Nephrite berasal dari dataran China di mana jenis inilah yang dulunya sering terpakai sebagai ornamen jas para bangsawan dari ratusan tahun lalu.
Meskipun popularitasnya mulai tergeser oleh Jadeite, namun jenis Nephrite membuktikan bahwa ia masih memiliki daya tarik tersendiri bagi para kolektor. Baru saja tempat lelang ternama di Hongkong berhasil menjual ukiran berbahan giok murni dengan harga 300 milyar rupiah kesepakatannya sehingga membuat gempar publik.
Sejumlah arkeolog dan pengamat benda antik memberi sanggahan bahwa berita tersebut tidak bisa jadi alat ukur nilai Nephrite di pasaran. Pasalnya, terdapat sejumlah pertimbangan lainnya seperti misalnya nilai historis yang terkandung dalam benda tersebut sehingga membuat harganya menjadi fantastis.
Dengan kata lain, kesimpulan sementara masih tetap pada anggapan pertama yang menyatakan bahwasanya kasta Jadeite tetap melampaui Nephrite. Apabila menyandingkannya secara frontal, tentu seorang investor akan mutlak serempak memilih Jadeite sebab ia jauh lebih menarik sebagai lahan investasi.